Kamis, 28 Oktober 2021

AI BISA MENDETEKSI COVID-19 HANYA DENGAN SUARA BATUK


Penerapan Artificial Intelligence untuk mendeteksi COVID-19 melalui suara batuk



Di penghujung tahun 2019, dunia dihebohkan dengan munculnya virus mematikan yaitu COVID-19. Kemunculan virus ini pertama kali di China, tepatnya di Wuhan. Penularan virus ini cukup cepat sehingga menyebar ke hampir semua negara. Para peneliti telah mendeteksi virus ini dengan beberapa cara, seperti tes cepat, tes antigen cepat, tes swab atau tes PCR (Polymerase Chain Reaction), CT scan, dan GeNose. Pesatnya perkembangan teknologi memudahkan para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) untuk mendeteksi seseorang yang terinfeksi COVID-19 melalui suara batuk. Teknologi ini menggunakan kecerdasan buatan.

COVID-19, sindrom pernapasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2), adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, sejenis coronavirus. Virus ini dapat menyerang gangguan sistem pernafasan. Virus corona bisa menyerang siapa saja, seseorang yang terinfeksi virus ini bisa mengalami demam, batuk, dan gangguan pernapasan. Virus ini menyebar melalui droplet (tetesan kecil) dari hidung atau mulut saat batuk atau bersin. Jika droplet terkena suatu benda, kemudian ada individu yang menyentuh benda yang terkena droplet tersebut, kemudian orang tersebut menyentuh segitiga wajah (mata, hidung, dan mulut), maka mengarah pada orang tersebut terinfeksi COVID -19.

Seiring berjalannya waktu, teknologi Artificial Intelligence (AI) telah dimanfaatkan di segala bidang, termasuk di bidang kesehatan. Virus yang menjadi perhatian dunia yaitu COVID-19 yang dapat dideteksi menggunakan teknologi berbasis AI hanya dari suara batuk oleh peneliti dari MIT. Awalnya, teknologi ini dikembangkan untuk mendeteksi gejala pneumonia dan asma, tetapi ada algoritma serupa yang juga dapat mendeteksi COVID-19 pada pasien tanpa gejala (OTG) dan gejala. Para peneliti dari MIT mengembangkan beberapa jaringan saraf untuk membedakan perubahan suara batuk yang diidentifikasi sebagai efek dari virus corona. AI memiliki tiga lapisan yang dirancang oleh para peneliti dari MIT. Lapisan pertama adalah algoritma dasar ResNet50 yang digunakan untuk mengukur kekuatan pita suara. Lapisan kedua akan mendeteksi keadaan emosional yang mencerminkan penurunan neurologis, seperti peningkatan frustrasi. Lapisan terakhir adalah teknologi pendeteksi anomali pada sistem pernapasan. Penelitian ini sudah berlangsung sejak April 2020, peneliti mengumpulkan sampel batuk sebanyak mungkin, baik penderita COVID-19 yang simptomatik maupun asimptomatik. Website khusus yang dibuat oleh peneliti dari MIT untuk peserta yang bersedia menyampaikan suara batuknya saat mengisi survei kesehatan.

0 comments:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

HIT ME UP, Silahkan hubungi kita

Address:

Yogyakarta

Work Time:

Senin - Sabtu : 07.00-00.00 WIB

Phone:

+62 8954 1740 0605

IG:

anugerahramadanii

FB:

Anugerah Ramadani

Cari Blog Ini

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.